Oleh: Afiat Kholil
(Pelajar Daurul Lughah)

Dikisahkan, ada dua orang laki-laki bersaudara dari kalangan bani Israil. Seperti layaknya saudara pada umumnya, mereka memiliki hubungan yang saling peduli, menghormati, dan tidak ada satupun masalah yang mengganggu hubungan keduanya. Akan tetapi, mereka memiliki sifat yang berlawanan, saudara yang satu memiliki sifat ubudiyah yang tinggi kepada rabb-nya, sedangkan saudara lainnya lebih condong kepada perbuatan dosa dan kemaksiatan.

Di suatu hari yang hening, saudara yang selalu beribadah melihat saudaranya tersebut sedang melakukan kemaksiatan. Lantas terkejutlah si ahli ibadah ketika menyaksikan saudaranya sendiri melakukan kemaksiatan. Ia pun menghampiri saudaranya seraya berkata:

“Hey saudaraku! Berhentilah melakukan kemaksiatan terhadap Tuhanmu, apakah kau tidak melihat dan merasakan kemurahan Tuhanmu yang telah memberikan dunia dan seisinya kepadamu dan makhluk lainnnya?” tegasnya.

“Wahai saudaraku, kenapa engkau selalu saja menyalahi apa saja yang aku lakukan? Padahal kamu sendiri tidak mengetahui yang aku rasakan,” jawab si ahli maksiat pada saudaranya.

Mendengar jawaban saudaranya, rasa kecewa mulai menyelimuti perasaan si ahli ibadah. Kekecewaan itu akhirnya berubah menjadi amarah yang menggebu-gebu, berpalinglah ia sembari diselimuti rasa kecewa dan berkata kepada si ahli maksiat:

“Wallahi, Allah tidak akan pernah mengampuni dosamu! Maka bersenang-senang lah kau di neraka tempat kembalinya orang-orang sepertimu di akhirat kelak.” 

Tetesan air mata pun mulai berjatuhan dari mata si ahli maksiat, matanya pun tak kuasa menahan tangis yang ia rasakan. “Tinggalkanlah aku dan Tuhanku sendirian, biarkan kami sendiri dan jangan ganggu kami!” timbalnya kepada si ahli ibadah.

Mereka berdua pun berpisah dan mulai menjalani kehidupannya masing-masing. Di saat mereka berdua meninggal, dihadapkanlah mereka dengan pencipta-Nya di hari penimbangan. Kertika mereka semua ditimbang, saudara yang di dunianya selalu melakukan amal shaleh, ternyata timbangan amal buruknya lebih berat dibandingkan amal shalehnya. Tentu saja ini membuat dirinya sendiri tersentak, karena semasa di dunianya dia selalu melakukan kebajikan. Akan tetapi ternyata berat amal buruknya melebihi amal baiknya, lantas Allah menyuruh malaikat untuk menggusur orang tersebut kepada neraka yang membara.

Kemudian ditimbanglah amalan saudara yang semasa di dunianya sering melakukan kemaksiatan terhadap Tuhannya, dan yang mengejutkan amal baiknya lebih berat dibandingkan amal buruknya. Lalu Allah SWT memasukkannya kepada surga-Nya yang sangat indah.

Usut punya usut, ternyata keduanya telah memilih takdir mereka sendiri semasa hidupnya. Adapun saudara yang dimasukkan ke neraka, ia menjalani kehidupannya dengan penuh kesombongan dan keangkuhan setelah ia menasehati saudaranya. Yang lebih buruknya lagi, dia telah menuduh kepada Allah bahwasanya Dia tidak akan mengampuni dosa seseorang karena perbuatannya, padahal Allah SWT memiliki ampunan yang sangat luas bagi para hamba-Nya.

Adapun saudara yang melakukan kemaksiatan, setelah ia dinasehati oleh saudaranya dan dikutuk bahwasanya Allah Swt. tidak akan mengampuninya, ia menempuh jalan yang lebih baik. Dia bertobat kepada Rabb-nya dan menjalani kehidupan selayaknya umat muslim yang patuh tunduk kepada Allah Swt. Kemudian ia pun beristiqamah dalam beribadah kepada-Nya, lalu mati dengan keadaan husnul khatimah

Sumber: Disarikan dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ahmad.

Baca juga: 3 Amalan Penghindar Sial

Penyunting: Rifqi Taqiyuddin