Pada tulisan pekan lalu, penulis yang hingga sekarang status puasanya masih win streak ini telah menulis tentang setidaknya lima masjid di kairo bersejarah yang dapat para pembaca sekalian semua kunjungi guna melaksanakan ritual tarawih keliling. Bagaimana? Sudah dikunjungi semua?

Nah jika sudah, maka pada kesempatan kali ini penulis pun akan memberikan rekomendasi serupa alias part II. Sama dengan di tulisan sebelumnya, masjid-masjid yang dicantumkan di sini adalah masjid-masjid yang tinggi akan nilai sejarah dan bernilai seni yang melambangkan kejayaan kekuasaan Islam di era tersebut. Dari mulai yang awalnya ingin digunakan sebagai masjid tempat disimpannya kepala Imam Husain, dipakai sebagi wallpaper di mata uang 50 pound, hingga sering jadi patokan Masisir kalau ingin ketemuan. 

Lalu seperti apakah masjid-masjidnya? Dan bagaimana sejarah serta cara untuk menjangkau masjid tersebut? Tanpa berlama-lama lagi, yuk langsung simak saja penjelasan berikut ini!

1. Masjid Shalih Thalai

Sc: archnet.org, Penampakan Masjid Shalih Thala’i dari atas

Bagi yang sudah membaca tulisan pekan lalu, tentu masih ingat kan ya dengan Masjid Sultan Muayyad yang menempel dengan dinding Bab Zuweila. Nah, di seberang luar dari dinding tersebut, berdiri kokoh juga sebuah bangunan megah nan bersejarah yang sudah berdiri sejak tahun 1160 M, ia adalah Masjid Shalih Thala’i.

Sesuai dengan namanya, penamaan masjid yang usianya jauh lebih tua dari Masjid Sultan Muayyad ini diambil dari nama sang pendirinya yaitu Salih Tala’i’ ibn Ruzzik yang menjadi menteri pada era Dinasti Fatimiyah, tepatnya pada masa Khalifah Al-Faiz. 

Sc: archnet.org, Bagian mimbar Imam
Bagian pintu masjid

Pada awalnya, bangunan yang terakhir dilakukan pemugaran pada tahun 2005 ini dirancang sebagai tempat suci untuk menampung kepala Sayyidina Husain. Kala itu, kepala sang cucu nabi tersebut dibawa ke Kairo dari tempat sucinya di Ascalon ketika diancam oleh serangan dari Tentara Salib. Namun akhirnya, khalifah malah menyimpannya di sebuah tempat suci di Istana Fatimiyah, yang menjadi bagian dari Masjid Husain saat ini ketika istana tersebut dihancurkan.

Guna berkunjung ke masjid di Kairo satu ini, caranya sangatlah mudah. Bagi yang berdomisili di Darrasah, apalagi di daerah Aslan, tentu tinggal berjalan saja sekitar 10 menit ke arah Ghuryah. Namun jika stay di luar darrasah, seperti di Helwan misalnya, bisa dengan mudah menggunakan moda transportasi online yang tersedia.

2. Masjid Aslam Silahdar

Sc: archnet.org, Tampak depan keindahan Masjid Aslam

Nah, kalau masjid ini tentunya sangat sering dilewati oleh Masisir, bahkan sepertinya terdapat ratusan Masisir yang tinggal di sekitarnya. Namun meskipun begitu, penulis yakin sedikit saja yang mengetahui sejarah dari bangunan tersebut. Ya, masjid tersebut adalah Masjid Aslam yang sering disebut oleh angtum semua dengan Masjid Aslan.

Adalah sebuah bangunan yang kokoh, estetik, dan sudah berdiri sejak era Dinasti Mamalik, tepatnya pada tahun 1344 M. Sama dengan banyak masjid di Kairo lainnya, namanya diambil dari sang pendirinya, dalam hal ini tentu saja adalah Aslam yang memiliki nama asli Amir Baha’ al-Din Aslam al-Silahdar.

Sc: archnet.org, Interior bagian depan
Detail bagian pintu masuk

Aslam adalah sosok ahli perang yang memadukan keganasan dengan kesalehan. Karirnya di militer mencakup masa pemerintahan dua sultan besar, yakni Sultan al-Mansur Qalawun al-Alfi dan putranya Sultan al-Nasir Muhammad. Shilahdar, gelar yang tersemat di belakang namanya adalah sebuah gelar di masanya yang berarti “Pembawa Pedang Sultan” yang bertugas sebagai pengendali persenjataan.

Berbicara desain dan nilai seninya, bisa dikatakan Masjid Aslam adalah salah satu mahakarya terbaik dari Dinasti Mamalik. Hal ini karena ia merupakan perpaduan harmonis antara dekorasi rumit dengan bahan berbeda, menggabungkan bagian-bagian yang dirancang secara formal dalam satu kesatuan yang tersusun bebas, asimetris, namun seimbang.

Untuk rute menjangkau masjid ini, sepertinya tidak perlu diberi tahu lagi ya. Sebab penulis yakin angtum semua sudah pada tahu kok.

3. Masjid Amir Qijmas Al-Ishaqi

Sc: aldarbalahmar.com, bagian luar Masjid Abu Hariba

Punya uang pecahan 50 pound di dompet? Coba perhatikan deh masjid yang tergambar di sana, ya itulah Masjid Amir Qijmas Al-Ishaqi atau yang dikenal juga dengan Masjid Abu Hariba.

Tidak jauh berbeda dengan masjid di Kairo yang bersejarah lainnya, nama masjid yang sudah berdiri kokoh sejak tahun 1479 ini diambil dari sang pendirinya yakni Amir Qijmas. Ia merupakan salah satu pejabat pada era Dinasti Mamalik yang pernah menempati posisi sebagai Gubernur Alexandria dan beberapa jabatan strategis lainnya. 

Sc: archnet.org, Tampak interior bagian belakang
Bagian mihrab dan mimbar, tampak ada jendela warna-warni

Seperti beberapa masjid besar lainnya di era Mamalik, bangunan masjid ini berdiri di atas toko-toko yang bersambung di semua sisi luarnya. Karena itu, nantinya angtum jika berkunjung untuk tarling akan melihat beberapa toko yang seolah menjadi pondasi masjid ini masih aktif berjualan hingga sekarang.

Letak dari masjidnya bisa dikatakan berada di tengah-tengah antara Masjid Aslam dan Masjid Shalih Thala’i. Karena itu ya bagi angtum yang tinggal di Darrasah sangat mudah untuk menjangkaunya. Bisa jalan kaki ke arah Bab Zuweila dari arah khadrawi dan sekitarnya, atau kalau memang kakinya gempor ya bisa menumpaki tuktuk. 

4. Masjid Al-Aqmar

Sc: archnet.org, Bagian luar Masjid Al-Aqmar

Jika tiga masjid di atas keseluruhannya berada di dekat Bab Zuweila, maka sekarang mari kita beralih ke daerah seberangnya, alias Bab Futuh. Yang mana satu dari beberapa masjid yang dekat dengan dinding besar tersebut adalah Masjid Al-Aqmar.

Masjid Al-Aqmar yang memiliki arti cahaya bulan dan berdiri sejak tahun 1125 ini adalah salah satu masjid tertua di Kairo yang dibangun pada era Fatimiyah. Secara peringkatnya, ia adalah masjid kelima yang dibangun Fatimiyah setelah Masjid Juyushi pada tahun 1085 yang terletak di Muqattam. Namun meskipun begitu, ia adalah masjid kedua yang menempati Syari Muiz setelah Masjid Hakim Biamrillah.

Sc: archnet.org, Bagian Mihrab
Beberapa detail ukiran

Sebagai salah satu masjid tertua, desain bangunannya yang rumit menjadi sangat penting bagi arsitektur Kairo kedepannya. Terutama karena perubahan denahnya untuk mengakomodasi orientasi kiblat dan pola jalan yang ada. Hanya saja memang, dari segi penampakannya, masjid ini kini sudah terlihat modern di bagian dalamnya dikarenakan banyak pemugaran yang dilakukan.

Agar bisa sampai datang ke masjid ini, angtum tinggal jalan kaki saja menyusuri syari muiz. Ya kalau dikira-kira jaraknya sekitar 10-15 menit berjalan dari Masjid Husein. Atau kalau gak mau terlalu lelah, bisa aja sih naik taxi, soalnya kan memang di kawasan ini gak ada tuktuk seperti di area Darrasah.

5. Masjid Sulaiman Agha Silahdar

Sc: Architect Mochamed El-Tablawy, Tampak luar Masjid Sulaiman Agha

Berjalan sedikit ke arah selatan dari Al-Aqmar, akan ada sebuah masjid yang penampakannya masih seperti awal ia berdiri pada tahun 1839. Ya, masjid tersebut ialah Masjid Sulaiman Agha Silahdar.

Lagi-lagi seperti masjid tua di Kairo pada umumnya, penamaan masjid yang juga memiliki sabil (tempat minum umum) ini diambil dari nama sang pendirinya. Dalam hal ini tentu saja adalah Sulaiman Agha yang merupakan salah satu pejabat penting pada kepemimpinan Sultan Muhammad Ali di era Mesir Ottoman. Karena itu, tidak heran jika desain dan corak bangunan dari masjid ini mengikuti style utsmani.

Secara umum, bagian dalam yang masjid yang baru bisa digapai dengan menaiki sekitar belasan anak tangga terlebih dahulu ini terbagi menjadi dua bagian, yang mana keduanya memiliki struktur persegi panjang. 

Sc: F.R. Chaer, Lorong menuju ruang utama dan sebelum naik tangga
Sc: Tamer Osman, Bagian luar dan pintu menuju bagian utama

Salah satu keunikannya adalah fasadenya yang terdiri dari desain bunga yang meniru arsitektur Renaisans Eropa, begitu pula struktur granit yang terdiri dari lukisan cat minyak di seluruh interior langit-langit. Selain itu, hebatnya lagi meskipun masjid ini terletak di tengah-tengah syari muiz, angtum tidak akan terlalu mendengar hingar-bingar kebisingan yang ada di jalan tersebut.

Untuk bisa datang ke sini, tentu saja caranya sama dengan seperti menjangkau Masjid Al-Aqmar. Sebab memang posisi kedua masjid ini sangatlah berdekatan. Karena keduanya berada di syari mui’z, maka setelah shalat tarawih angtum bisa langsung sekalian rekreasi sejenak di jalan yang menjadi salah satu destinasi wisata utama Mesir ini.

Nah, itulah mungkin lima masjid yang bisa penulis rekomendasikan sebagai tujuan tarling pada part dua ini. Jadi total sudah ada setidaknya sepuluh masjid yang penulis ulas pada kedua tulisan tersebut. Bagaimana, sudah kunjungi semua? Atau malah belum sama sekali? Lumayan nih pas banget ada sekitar sepuluh hari lagi menjelang idul fitri.

Oh ya, sebenarnya tentu masih banyak lagi masjid di Kairo lainnya yang dapat disinggahi dan menjadi bahan insta story. Dari masjid tua lainnya seperti Masjid Hakim Biamrillah, Masjid Sultan Qalawun, Masjid Zahir Baybars, atau bahkan masjid-masjid modern seperti Masjid Sayyid Tantawi yang kadang di sana ada penyanyi terkenal Mustafa Atef. 

Ala kulli hal, semoga informasinya bermanfaat ya!

Penulis: Rifqi Taqiyuddin

Baca juga: Daftar 5 Masjid di Kairo yang Cocok untuk Tarawih Keliling, dari Tertua hingga Wallpaper Uang Pound! (Part 1)