Bermula kemunculan wabah penyakit di Kota Wuhan, China. Saya mendapat kabar tersebut melalui sosial media dengan dipenuhi rasa bingung penuh tanda tanya. Apakah berita ini benar atau rekayasa? Gumam saya dalam hati.

Setelah saya cari kebenaran berita tersebut dari beberapa sumber terpercaya, ternyata benar adanya mengenai musibah tersebut, bahkan sampai menjadi topik utama dan perbincangan media di seluruh dunia. Saya belum bisa berbuat banyak untuk membantu warga Kota Wuhan hanya do’a yang bisa saya selipkan agar wabah corona segera hilang.

Kondisi saat itu berjalan ala kadarnya, belum ada perubahan yang signifikan. Tetapi, pada lain sisi, berita virus corona terus berkembang karena ia memberi dampak besar pada dunia. Puncak wabah corona semakin mengkhawatirkan karena telah menelan korban bukan hanya di China saja, melainkan berbagai belahan dunia.

Tak memandang bulu, corona menyerang anak muda mau pun orang tua. Menyerang orang terkenal atau orang biasa. Semua bisa terkena. Begitu cepat wabah ini menyebar –menimbulkan fenomena baru pada keseharian.

Timbullah berbagai macam kebijakan pemerintah guna meredakan penyebaran corona yang kian meluas. Para dermawan memberikan bantuan masker dan makanan kepada petugas kesehatan juga penderita. Berbagai macam pengarahan untuk mencegah corona disampaikan melalui dunia maya dan nyata. Semua elemen masyarakat bersatu melawan wabah penyakit corona agar segera tuntas permasalahan ini.

Sementara itu, penggunaan masker kian marak, keresahan muncul di tengah masyarakat. Semua kegiatan ramai diminimalisir sebisa mungkin. Berdiam diri menjadi solusi agar terhindar dari penularan. Proses pembelajaran kini dilakukan via daring, toko-toko hanya boleh buka sebentar, ekonomi tidak lagi stabil, kegiatan di luar ruangan ditiadakan, kewaspadaan meningkat, sehingga kecurigaan antar sesama menjadi tinggi.

Namun, alam semesta memulihkan diri. Polusi dan pencemaran lingkungan menurun drastis.

Wabah penyakit ini memberikan pesan bahwa kebersihan, kebersamaan, keyakinan, niat tulus dan baik sangat penting bagi kehidupan.

pixabay

Kebersamaan kini dipahami bukan tentang suatu perkumpulan dan kerumunan. Kebersamaan tidak memiliki batasan apa pun, melainkan melampaui batas jarak dan waktu. Berdiam diri tetapi hati dan fikiran bergandengan saling menyatu.

Menanam keyakinan ke dasar jiwa yang paling dalam, bahwa semua ini akan berakhir dengan baik. Segala sesuatu tergantung pada niatnya, semua akan mendapatkan apa yang telah ia niatkan.

Bagi saya, momen sekarang merupakan ajang pengenalan diri sendiri lebih mendalam. Terkadang saya merasa terbawa lingkungan pertemanan, ruangan belajar, serta kegiatan yang diadakan perorangan mau pun komunitas. Terbawa arus membuat saya menjauh dari jati diri saya sendiri. Mengikuti ajakan teman, tren musiman, belajar sekedar di kelas, dan tidak memiliki agenda pribadi.

Berdiam diri beberapa saat menjadikan saya peka terhadap banyak hal. Menemukan arti hubungan antar pertemanan, kemauan belajar dimana saja, memulai sesuatu dari diri sendiri, menyadari pentingnya komunikasi.

Meskipun begitu, tetap ada dalam benak hati pertanyaan sampai kapan kiranya wabah penyakit corona berhenti. Apakah hari esok akan kembali normal seperti semula atau justru semakin banyak rintangan dan tantangan?

Entahlah. Setidaknya ini merupakan penyakit bersama dan tidak hanya ditanggung diri sendiri. Rasa pelik dipikul oleh semua elemen masyarakat tanpa terkecuali. Persatuan menjadikan kekuatan besar sehingga dapat menyelesaikan segala masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Selama masih ada rasa tanggung jawab bersama, maka semua akan terasa ringan.

Tinggal bagaimana kita saling menguatkan satu sama lain serta mengedepankan kepentingan bersama dari pada sendiri. Menurunkan ego masing-masing demi tujuan bersama. Merasa sendiri dalam menghadapi wabah penyakit corona sama saja melupakan segala sesuatu yang berharga dalam hidup ini.

Oleh karena itu, walau pun wabah penyakit merupakan musibah yang telah menimpa dunia, pasti ada hikmah dari semua ini. Memang berat menyesuaikan diri untuk situasi dan kondisi sekarang. Setelah kesusahan ini akan ada kemudahan yang akan terjadi pada setiap langkah perjuangan melewati masa-masa sulit. Bukankah bersama kesulitan ada kemudahan. Setidaknya berusaha sekuat tenaga menjadikan lega dalam hidup dari pada menyerah tidak berbuat apa-apa hanya penyesalan akhirnya. Urusan hasil baik atau buruk biarkan tuhan yang menentukan, manusia tinggal berikhtiar saja.

Oleh: Royhan Ibnu Mubarak